Rabu, 03 Februari 2016

PESONA SITU CANDI CANGKUANG

Candi Cangkuang, satu candi di Tatar Sunda.
Terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Di akhir pekan beberapa waktu lalu, kami sekeluarga berkesempatan mengunjunginya. Kurang lebih 5 jam lamanya perjalanan dari Jakarta, kami tiba di tempat tujuan. Kita tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk membayar harga tiket masuk ke kawasan Candi Cangkuang ini. Cukup mengeluarkan kocek Rp. 3.000,- per orang, kita sudah bisa menikmati kawasan candi peninggalan agama Hindu ini.



Nama Cangkuang berasal dari nama pepohonan yang banyak terdapat di kawasan ini. 
Untuk sampai ke lokasi candi, kita harus menyeberangi danau yang terkenal dengan nama Situ Cangkuang. Cukup membayar Rp. 4.000,- per orang (Dewasa), dan Rp. 3.000,- orang (Anak-anak), kita bisa menaiki rakit yang akan mengantar kita ke Candi Cangkuang. Kalau kita tidak mau menunggu sampai satu rakit penuh sesuai kapasitasnya, yaitu 20 orang, kita bisa juga menyewa satu rakit khusus untuk rombongan kita saja. Tapi kita harus mengeluarkan biaya cukup banyak, yaitu Rp. 85.000,- per rakit.









Setelah kapasitas 1 rakit terpenuhi 20 penumpang, sang nahkoda rakitpun mulai menjalankan tugasnya. Dengan sebilah bambu panjang, kapten rakit ini mendorong rakit melaju perlahan sampai ke tempat tujuan. 

Sepanjang perjalanan menyeberangi kawasan Situ Cangkuang yang memiliki luas sekitar 340.000an hektar ini, kita disuguhi hiburan dari satu kelompok musisi, yang saya sebut saja THE RAKIT BAND.





Lagu-lagu mulai dari lagu pop Indonesia Top 40, lagu tembang kenangan, hingga lagu dangdut dan mancanegarapun, disajikan oleh kelompok musik yang beranggotakan 4 orang ini.







Pesona keindahan Situ Cangkuang yang sudah menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik di kotaGarut ini, tak lepas dari lensa kamera untuk merekam tiap moment bersama keluarga.










Pemandangan yang elok ketika kita menyeberangi Situ Cangkuang yang sangat tenang airnya. Salah satunya adalah Gunung Guntur yang turut memagari kawasan yang subur ini.
















Setelah memakan waktu kurang lebih 15 menit penyeberangan, akhirnya rakitpun merapat ke sisi lain danau yang merupakan kawasan cagar budaya Candi Cangkuang.


Para tamu atau wisatawan akan disuguhkan hasil kerajinan dari warga sekitar yang akan menjadi buah tangan untuk dibawa pulang nanti.









Ketika kita masuk lebih dalam lagi ke kawasan Candi Cangkuang, kita disajikan rimbunnya pepohonan Cangkuang yang tertata rapi. Lingkungan sekitarnya pun sangat bersih.



Sebelum tiba di Candi Cangkuang, dengan perjalanan kaki, kita akan melewati sebuah pemukiman adat Kampung Pulo. Namanya mirip dengan salah satu kawasan pemukiman di Jakarta. Hanya bedanya Kampung Pulo di kawasan Candi Cangkuang ini sangat asri, bersih, dan tertata rapih, serta udaranya sejuk.



Uniknya pemukiman adat yang terdiri dari 6 rumah ini adalah rumah-rumah ini, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Mungkin sudah menjadi aturan tersendiri di pemukiman tradisional yang sederhana ini.






Akhirnya setelah melewati Kampung Pulo, tiba jugalah kita di Candi Cangkuang ini.





Jangan membayangkan bentuk bangunan Candi Cangkuang itu sebesar candi-candi lain di Pulau Jawa yang sangat terkenal, seperti Candi Borobudur atau Prambanan yang besar dan luas areanya. 
Candi Cangkuang berdiri di atas lahan yang tidak terlalu luas, dan terdiri dari hanya satu bangunan candi saja.






Di dekat bangunan Candi Cangkuang, ada satu makam Mbah Dalem Arief Muhammad yang merupakan salah satu penyebar Agama Islam di kawasan Cangkuang.



















Akhirnya, setelah kita puas menelusuri kawasan cagar budaya Situ Candi Cangkuang, kita pun sudah ditunggu rakit yang akan mengantar kita kembali ke sisi pelabuhan danau tempat semula kita berangkat.



Rasanya sudah cukup waktunya kita harus kembali dan menjelajah ke tempat wisata lainnya. Kesan yang kita dapatkan adalah, PUAS..!!. 
Karena Situ Candi Cangkuang sudah menyambut kita dengan keramahan warganya, kesejukan alamnya, serta keasrian lingkungannya dan kearifan budayanya. 



Kita melewati akses jalan jalur Lingkar Nagreg yang memiliki pemandangan yang tak kalah menariknya.

Jalur ini biasanya cukup padat dipenuhi kendaraan bermotor pada akhir pekan dan musim-musim liburan 
Salah satu yang menarik dari jalur Lingkar Nagreg ini adalah terowongannya. Biasanya para pengendara yang melewati jalan ini, menyempatkan berhenti sejenak untuk mengabadikannya dengan kamera. 


Selamat tinggal Garut, We'll Be Back ...!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar